Seperti halnya Ka’bah dan Masjid Al Haram sendiri, Kiswah (kain penutup ka’bah) juga punya sejarah yang menarik.
Sejarah juga menyebutkan pada masa sebelum Islam, Abu Rabi’ah Bin Amr Al Makhzoumi, orang kaya pada masa itu membuat perjanjian dengan suku Quraish (suku yang menguasai kota makkah saat itu) bahwa beliau akan menyediakan kain penutup ka’bah ini selama setahun, lalu tahun berikutnya giliran suku Quraish. Perjanjian ini terus berlangsung sampai beliau meninggal.
Nabi Muhammad dan umat Muslim pada masa awal Islam tidak ambil bagian dalam menutup Ka’bah, karena suku Quraish tidak mengijinkan, tetapi setelah pendudukan Makkah, Nabi membiarkan kiswah suku Quraish berada ditempatnya sampai akhirnya kiswah ini terbakar gara-gara seorang wanita mengasapi Ka’bah. Rasulullah lalu menutup Ka’bah dengan kain dari Yaman. Setelah Rasul wafat, para kalifah melanjutkan tradisi ini, Kalifah Umar bin Khattab konon memotong-motong kiswah yang lama lalu membagikannya ke pada jamaah haji untuk memayungi jamaah dari sengatan hawa panas kota Makkah.
Kalifah Muawiyah lalu mendandani Ka’bah dua kali setahun. Kemudian Yazid bin Muawiyah, Ibnu al Zubair adalah kalifah yang memulai membuatnya dari sutra. Pada masa ini tradisi yang berlaku, kiswah yang lama tetap terpasang, sementara kiswah yang baru menutupinya, hal ini berlangsung sampai masa kekalifahan Abbasyiah, Al Mahdi. Beliau yang menunaikan haji pada tahun 160 H dan menyaksikan bahwa hal ini menyebabkan kerusakan pada ka’bah karena menanggung berat kiswah yang terus menumpuk, lalu membuat kebijakan bahwa hanya satu lembar kiswah saja yang menutupi Ka’bah pada satu waktu.
Kalifah Al Mamun malah mengganti kiswah tiga kali setahun, merah setiap tanggal 8 Dzulhijjah, Gabati Putih pada tanggal 1 Rajab dan bokat merah lagi pada tanggal 29 Ramadhan, kalifah sesudahnya Al Nasir mengganti lagi warna Kiswah menjadi hijau, akan tetapi setelah berjalan beberapa lama, kalifah Al Nasir memutuskan untuk menggunakan warna hitam yang dipertahankan sampai saat ini.
Sementara itu, Sitarah (bagian yang menutupi pintu kaabah) yang dinamakan burqa mulai diperkenalkan tahun 810 H. Antara tahun 816 dan 818 H, sitarah ini dihentikan tapi dimulai lagi tahun 819H sampai sekarang.
Lokasi pembuatan kiswah pada massa Kalifah As-Salih Ayyub, dilakukan di Mesir dan dikirim dengan parade besar-besaran tahunan sebelum musim haji, materialnya didatangkan dari Sudan, Mesir, India dan Irak. Tradisi ini berlanjut sampai masa kekuasan Turki berakhir dan digantikan oleh Kerajaan Arab Saudi pada masa PD I.
Raja Abdul Azis membangun pabrik kiswah di Mekkah, berikutnya pabrik kiswah yang baru di bangun di Um al Joud atas perintah Raja Faisal di tahun 1382 H.
Kiswah sekarang ini terbuat dari sutra hitam yang tebal dengan bordiran benang emas, sementara sitarah-nya terbuat dari material yang sama yang dibordir dengan benang emas dan perak. Pada awalnya semua pekerjaan dilakukan dengan tangan, akan tetapi seiring dengan perkembangan jaman dan demi kecepatan pembuatannya proses border dilakukan dengan mesin dan computer. Pembuatan kiswah sendiri menelan biaya SR 17,000,000 untuk menutup area seluas 658m2, dibutuhkan total 670 kg kain sutra alam dan 15kg benang emas murni untuk membordirnya
Pada masa kerajaan Saudi, penggantian kiswah dilakukan setiap tanggal 9 Dzulhijjah, saat semua jamaah haji sedang berada di Arafah untuk melakukan wukuf. Kiswah yang lama akan dipotong-potong dan diberikan sebagai suvenir untuk tamu kerajaan, dan organisasi Islam. Sebagian lagi dijual sebagai suvenir untk para jamaah haji.
Last but not least, tahukah anda apa tulisan yang tersulam di kiswah?
Tulisan itu adalah kalimat syahadat, "La Ilaha Ila Allah , Muhammadar Rasulullah". "Allah Azza wa jalla", "Subhanallah wa bihamdihi", "Subhanallahil Adziim", "Ya hanan", "Ya Manan" sementara bagian yang melingkar di sekeliling Ka’bah adalah sulaman Surat Al Ikhlas
No comments:
Post a Comment