Bagi calon jamaah haji/umrah atau yang sudah/sering
melaksanakannya, rasanya tidak lengkap bila tidak mengenal sejarah Masjidil Haram,
karena di masjid ini jamaah menghabiskan sebagian besar waktu. Mengapa ada
bagian yang terlihat tua sekali dan terlihat modern sekali. Berikut adalah
sekelumit sejarah Masjid Al Haram yang dirangkum dari berbagai sumber.
Masjid Haram pertama kali dibangun pada masa kekalifahan
Umar bin Khattab r.a. Saat itu beliau menggusur
rumah disekitar ka’bah dan membangun tembok setinggi 1.5 m untuk memagari area
shalat yang sekarang menjadi area thawaf. Penggusuran ini untuk mengakomodasi
jumlah jamaah haji yang terus meningkat. Kalifah sesudahnya Ustman bin Affan
r.a memperbesar area ini dan beliaulah yang pertama kali membangun atap masjid
Al Haram.
Di tahun 692 pada masa kekalifahan bani Umayyah, kalifah
Abdul Malik bin Marwan, dinding luar masjid ditinggikan dan kolom-kolom utama
peninggalan khalifah Ustman dicat emas. Putra beliau Al Walid bin Abdul Malik (705-715) melanjutkan pembangunan dengan
mengganti pilar-pilar masjid yang terbuat dari kayu dengan marmer dan
mendekorasi lengkungan atapnya dengan mosaic yang indah.
Selanjutnya pada masa kekalifahan Abbasyiah, Khalifah Abu Ja’far al-Mansur (754-775) menambahkan
juga hiasan mosaic pada pilar-pilar masjid, Beliau juga memperbesar area
sebelah utara dan barat dan membangun menara dari pintu Umrah (bab al Umra).
Di tahun 777, semakin banyaknya jamaah haji membuat Kalifah
al-Mahdi (775-785) memerintahkan untuk menggusur sebagian rumah di sekitar
masjid dan membangun ulang masjid. Pilar-pilar marmer didatangkan dari Mesir
dan Syiria dan didekorasi dengan lapisan kayu jati. Al Mahdi juga mendirikan
tiga menara lagi diatas pintu Salam (bab as Salam), pintu Ali (bab Ali) dan
pintu al-Wadi
Tahun 1399, sayang sekali bagian utara masjid terbakar.
Kebakaran yang mengakibatkan kerusakan lebih dari 100 pilar dan meruntuhkan sebagian
atap masjid, bagian yang tersisa juga rusak karena banjir. Oleh karena itu Mamluk
Sultan Nasir Faraj bin Barquq (1399-1405) membangun kembali masjid. Pilar
marmer yang rusak diganti dengan pilar batu yang didatangkan dari gunung
disekitar wilayah Hijaz dan atap dirapikan dengan kayu lokal yang didatangkan
dari Taif.
Sultan-sultan di masa kekalifahan Ottoman juga
berpartisipasi dalam pengembangan masjid cantik ini. Tahun 1571 Sultan Selim II
bahkan menggunakan jasa Arsitek khusus untuk merenovasi masjid. Sang Arsitek,
Sinan, mengganti atap datar dengan
kubah-kubah yang dihiasi dengan kaligrafi didalamnya. Kolom-kolom baru
didatangkan dari bukit Syam ditempatkan diantara kolom-kolom lama untuk
menunjang atap yang baru ini. Karena kerusakan akibat banjir di tahun 1611,
Sultan Murad IV (1623-1640) merestorasi lagi masjid ini dan membangun ulang
Ka’bah di tahun 1629. Masjid dibangun dengan batu-batu yang melengkung menaungi
atap dan dihiasi dengan motif lingkaran medali di puncak-puncak lengkungannya.
Bagian ini yang sampai sekarang masih terawat dengan baik dan dapat dilihat
dari area thawaf. Lantai area thawaf juga diganti dengan marmer dan masjid
sekarang memiliki 7 menara.
Kekuasaan Ottoman berakhir dimasa perang Dunia I dan
digantikan dengan Kerajaan Arab Saudi yang mendedikasikan pemerintahannya
sebagai Pelayan Dua Masjid. Pada masa ini perubahan besar-besaran dilakukan.
Pembangunan pertama disponsori oleh Raja Abdul Aziz (1932-1953). Pada masa ini akhirnya area Mas’a (tempat
sa’i antara bukit Shafa dan Marwa akhirnya menjadi bagian dari masjid,. Masjid
juga dibuat bertingkat, pintu utama yang baru juga dibangun.(sekarang bernama
Pintu King Abdul Aziz), di selatan. Empat menara baru dibangun di dekat Babus
Salam dan Bab al-Umrah, sementara 3 menara lainnya dipercantik.
Pembangunan tahap kedua dilakukan oleh Raja Fahd (1982-1998)
yang sangat memperhatikan kesatuan dari desain yang dilakukan pada masa King
Abdul Aziz, membangun sayap baru dan membangun area shalat diluar masjid. Area
baru ini bisa diakses dari pintu baru yang tak kalah cantiknya dengan pintu
King Abdul Aziz. Pintu ini diberi nama Pintu King Fahd.
Pada masa ini sirkulasi pendingin udara mulai tersembunyi di
balik pliar-pilar marmer cantik. Sayap baru ini juga ditandai dengan 3 kubah
besar yang dihiasi dengan ukiran dari gips. Lampu-lampu gantung yang cantik
juga mulai dipasang, dinding masjid juga dilapisi dengan marmer.
BAgian atap juga direnovasi supaya bisa digunakan sebagai
tempat shalat pada saat puncak ibadah haji, luberan
jamaah juga bisa ditampung di bagian luar masjid yang sekarang bisa digunakan
sebagai area shalat.
Renovasi tahap ketiga dari Masjid Al-Haram berlangsung dari
tahun 1998-2005 masjid dikembangkan dengan penambahan beberapa pintu, penambahan
area shalat diluar masjid, pembangunan ekskalator dan pengembangan wilayah
Arafah, Mina dan Muzdalifah.
Setelah kematian Raja Fahd, renovasi tahap keempat dikomando
oleh putra beliau yaitu Raja Abdullah yang rencananya berlangsung dari tahun
2007 sampai tahun 2020. Pada nantinya area Mina, Ararah, Muzdalifah dan Makkah
akan menjadi satu kesatuan yang terintergrasi. Salah satu renovasi tahap ini
adalah hilangnya Pasar Seng yang legendaris itu untuk melebarkan Mas’a dan
menambah lagi area shalat. Pada saat ini masjid Haram konon bisa menampung sekitar 4.000.000 jamaah...subhanallah...
Akan jadi seperti apa Masjidil Haram pada tahun 2020 kelak,
kita tunggu saja…
Koreksi sedikit, Raja Abudullah bukan putra Raja Fahd melainkan saudara Raja Fahd.
ReplyDeletePenerus raja bukan putra raja sebelumnya tetapi diteruskan oleh putra-putra pendiri Kerajaan Saudi Arabia.
Terima Kasih